Look Arround Yourself

Can't you see this wonder? Spreaded in front of you.

The Clouds Floating By

The Skies are clear and blue

Planets In The Orbit

The moon and the sun....such perfect harmony

Let's Start Question in Ourselves

"Isn't this proof enough for us? Or are we so blind? To push it all aside? No!!!"

We Just Have To...

Open our eyes, our heart, and mind. If we just look bright to see the sign. We can't keep hididng from the truth. Let it take us by surprise.

Saturday, September 5, 2009

"ANAK SAYA BUTUH DARAH"

Siang itu, matahari tersenyum ceria pada kami, aku dan sahabatku Sigit. Kami baru saja menuntaskan agenda di kampus. Kami pun bergegas menuju ke masjid Istiqamah Balikpapan untuk menunaikan sholat zhuhur berjama'ah di sana. Adzan belum berkumandang, kulihat di halaman masjid sudah banyak terparkir kendaraan milik para jama'ah masjid tersebut. Rupanya pada hari itu ada jadwal pengajian yang sudah dimulai pagi hingga siang itu. Saat kami tiba di masjid, pengajian sudah usai. Jama'ah bergegas mengambil air wudlu, muadzin pun bersiap-siap mengumandangkan "panggilan suci" bagi kaum mukminin. Alhamdulillah...

Di masjid yang cukup luas tersebut, sangat disayangkan hanya terisi beberapa shaf saja. Seperti masjid-masjid yang lain, pikirku dalam hati. Namun walau sedikit, gairah semangat ibadah begitu terasa di dalamnya. Wajah-wajah ceria dan bersinar, memancarkan aura kebahagiaan pada hati pemiliknya. Karunia Allah bagi orang-orang yang senantiasa mengingatnya, yaitu berupa ketentraman hati.

Selesai sholat, perasaan lega memenuhi rongga dada, kami pun berniat meninggalkan masjid untuk pulang. Ingin sejenak beristirahat, setelah disibukkan dengan acara pengajian di kampus. Sampai di tempat parkir kendaraan, tiba-tiba berhenti sebuah mobil di dekat kami, nampak mobil tersebut diparkir dengan tergesa-gesa.

Pintu mobil terbuka, keluar seorang wanita, buru-buru ia menghampiri kami (aku dan Sigit). Wanita itu kira-kira berusia 27 tahunan, dengan pakaian yang (mohon maaf) agak sedikit terbuka. Aku dan Sigit agak grogi waktu ia mendekati kami. Kami terkaget ketika ternyata, ia mendatangi kami sambil menangis tersedu.

"Anak saya butuh darah...tolong mas...". Itulah kalimat pertama yang keluar, tanpa salam, tanpa basa-basi.
"Maaf bu, anak ibu sedang sakit?". Tanyaku basa-basi.
"Apakah di dalam sedang ada pengajian? Anak saya akan dioperasi satu jam lagi, kami sangat membutuhkan darah AB, saya akan membayar berapapun yang diminta."
Aku dan Sigit saling pandang. Pikiran kami sama. Apa hubungannya pengajian dengan anaknya yang sakit? Lagian kalau cari darahan bisa ke kantor PMI.
"Mmmm....pengajiannya sudah selesai tadi bu sebelum sholat zhuhur.....Memangnya ada apa bu bertanya begitu"
Ibu itu hanya diam, sambil menyeka air matanya.

Kami pun mencoba menenangkan ibu tersebut, bahwa kami akan berusaha membantu ibu tersebut. Inisiatif aku pun bilang ke Sigit. 
"Git darahku O, kamu apa?"
"Aku O juga."

"Bu, saya sering ke PMI, beberapa petugas di sana saya kenal. Bagaimana kalau kami bantu ibu untuk meminta darah di sana?"
Mendengar itu, sang ibu muda langsung menolaknya dengan tegas.
"Tidak mas!!" Saya tidak mau!!"
Lho?? Kami semakin heran saja dengan ibu ini.
"Saya tidak mau darah dari PMI, darah-darahnya nggak menjamin....
Bisa jadi pendonor-pendonor di sana adalah perokok, peminum, pengobat. Darahnya kotor. Saya tidak mau tubuh anak saya dialiri oleh darah-darah seperti itu. Saya mau darah orang pengajian. Saya yakin bersih."

What?? Kami berdua seperti melongo mendengar pernyataan si ibu barusan. Sekaligus tersadar, kenapa si ibu datang ke masjid, dan paham tentang hubungan antara pengajian dengan kasus anaknya yang butuh darah untuk menjalani operasi.

Karena si ibu tak mendapatkan solusi dari kami, ia pun bersegera masuk menuju teras masjid. Terpampang spanduk di teras masjid "AREA BERBUSANA ISLAMI". Tapi aku rasa, spanduk itu gak ngefek dalam kondisi seperti ini. Benar, si ibu dengan cuek terus saja berjalan cepat masuk ke ruang pengurus masjid. Masih sambil menangis

Subhanallah, luar biasa. Ini adalah satu diantara banyak kebaikan Agama Allah. Ibu itu memahami bahwa pengajian itu baik, dan orang-orangnya pun tentu baik disebabkan adanya rules Islam yang menginginkan kebaikan pemeluknya. Namun memahami saja tidak cukup. Kebaikan barulah akan dirasakan ketika kita terjun dalam aplikasinya.
Wallahua'lam

FKPM Smanza KAMMI Bpp FORMUSBA IKADZA AL-ROHMAN Kemenkeu RI DJP