Look Arround Yourself

Can't you see this wonder? Spreaded in front of you.

The Clouds Floating By

The Skies are clear and blue

Planets In The Orbit

The moon and the sun....such perfect harmony

Let's Start Question in Ourselves

"Isn't this proof enough for us? Or are we so blind? To push it all aside? No!!!"

We Just Have To...

Open our eyes, our heart, and mind. If we just look bright to see the sign. We can't keep hididng from the truth. Let it take us by surprise.

Wednesday, September 22, 2010

MUHASABAH TENTANG 2 HAL

Cukup 2 Hal saja... Ada 2 hal yang jumlahnya begitu banyak, sehingga saking banyaknya sampai-sampai kita tak dapat menghitungnya: 1. Nikmat dari Allah 2. Perbuatan maksiat terhadap Allah Sebaliknya ada pula 2 hal yang jumlahnya begitu sedikit, sehingga saking sedikitnya kita bisa menghitung-hitung dengan jari jemari kita: 1. Rasa syukur kepada Allah 2. Aktivitas Ibadah kepada Allah Astaghfirullohal'azhim...astagfirullohal'azhim...astaghfirullohal'azhim Allahu Laa Ilaaha Illa Anta..

Saturday, September 11, 2010

DOAKU, PENGHAMBAANKU

Doa. Itulah inti dari aktivitas penghambaan. Kalimat sakti ini tak pernah lepas dari keyakinan hati dan kesadaran akan lemahnya diri. Di sepanjang waktu, dalam setiap hela nafas, setiap detak jantung, harapan untuk memperoleh kebaikan dan kebahagiaan sudah menjadi keniscayaan ada pada semua insan. Namun hanya segelintir yang mempertegasnya dengan doa. Doa bukanlah sekedar permintaan, namun ia adalah wujud eksistensi seorang hamba yang lemah tanpa pertolongan dari Tuhannya. Namun bukan manusia namanya kalau tidak melakukan kesalahan.

Ketika kita berdoa seringkali kita tidak menyadari seolah-olah kita adalah majikan yang sukanya nyuruh-nyuruh. Kita tidak sadar selama ini kita terkesan memerintah Allah untuk mewujudkan apa yang kita inginkan. "Kita lupa, siapa majikan yang sebenarnya". Dan kita lupa bahwa kitalah yang seharusnya disuruh karena kita adalah hamba.
Doa. Ia tidak dapat berdiri tegak tanpa tiang yang bernama amal/usaha. Ini yang sering membuat kita salah kaprah. Doa itu analoginya begini, misalkan kita sedang mengangkat barang dan kita merasa keberatan, kemudian kita minta tolong kepada orang lain untuk membantu bersama-sama mengangkat. Jelas berbeda kalau kita dalam kondisi sedang duduk-duduk santai kemudian kita minta tolong orang lain untuk mengangkatnya sementara kita tetap santai-santai. Itu namanya menyuruh, itu namanya memerintah, meskipun bahasanya sama-sama 'minta tolong'.

Pernahkah kita merasa doa kita tidak kunjung terkabul? Lantas kita kecewa?
Tahan kecewamu. Karena Allah berfirman: 'asaa an takrohu syaian wa huwa khoirollakum, wa'asaa an tuhibbu syaian wa huwa syarrullakum. "Bisa jadi sesuatu yang kamu benci/tidak sukai, itu baik buat kamu. Dan bisa jadi kemu menyukai sesuatu padahal itu buruk bagi kamu."
Misalkan ada seorang anak yang sedang sakit demam tinggi, lantas ia ingin sekali makan es krim, dan ia pun memohon pada ibunya untuk dibelikan es krim. Kira-kira apakah sang ibu akan menuruti kemauannya? Secara logika, tidak. Kenapa? Karena sang ibu 'tahu' bahwa es krim akan memperparah sakit anaknya, dan ia tidak menginginkan itu. Sementara anaknya yang tidak tahu apa-apa terus-terusan merengek dan merasa kecewa, padahal es krim itu akan memperburuk nasibnya (dalam kondisi sakit seperti itu).

Demikian halnya antara kita (hamba), doa, dengan Allah (Robb). Bisa jadi doa (keinginan) kita itu tidak baik buat kita, tapi kita terus merengek dan kecewa ketika tidak dikabulkan. Karena kita tidak tahu. Karena Allah Yang Maha Tahu. Karena Dialah Penguasa alam semesta beserta isinya ini.

Pernahkah kita merasakan bahwa kehidupan yang kita jalani, kemudahan dalam setiap aktivitas kita, menjalani hari-hari tanpa celaka, itu adalah nikmat?
Tentu iya.
Tapi apakah kita pernah berpikir bahwa "Terhindarnya kita dari musibah/kecelakaan dalam aktivitas kita sehari-hari, hal itu merupakan kompensasi (penggantian) dari Allah atas doa kita yang tidak dikabulkan?"
Doa yang tidak dikabulkan, Allah ganti dengan menyelamatkan kita dari musibah/kecelakaan yang seharusnya menimpa kita.Ya. Yang seharusnya menimpa kita, tapi Allah hindarkan.
Berprasangka baik kepada Allah adalah cara kita bersyukur atas begitu banyaknya nikmat yang kita rasakan. Kebahagiaan tidak diukur dengan banyaknya materi, tapi diukur dengan ketenteraman hati dan ketenangan jiwa. Don't worry, semua itu bisa kita peroleh. Dengan menghadirkan Allah dalam setiap perjuangan kita. Selama tidak berputus asa terhadap rahmat-Nya. Wallahua'lam.

Tuesday, September 7, 2010

GUYON; "KHOTBAH YANG LANGKA"

Kisah ini sih katanya nyata. Kejadian di Bandung, entah dimana tepatnya. Temenku Wahid bercerita tentang kisah yang menggelikan. Ada bumbu-bumbu sedikit dari saya, kurang lebih gini nih ceritanya..

Suatu ketika ada seorang ustadz, sebut saja namanya Ustadz Nizar, beliau dihubungi ta'mir masjid agar bisa mengisi khutbah jumat pada tanggal yang telah ditetapkan. Sang ustadz menyanggupi. Namun pada hari H, sang ustadz terlupa, sehingga 15 menit sebelum adzan, ta'mir masjid menghubungi beliau. Alangkah terkejutnya beliau, apalagi kondisi saat itu tidak ada pengganti dan kalau ditolak citra baik beliau bisa tercoreng. Akhirnya dengan kecepatan penuh menggunakan sepeda motor berhelm-kan helm 'cakil' (non-standar), beliau segera menuju masjid tanpa persiapan materi dan pakaian sholat seadanya. Namanya juga buru-buru.

Sesampainya di masjid bertepatan sekali masuk waktunya adzan, sehingga dengan terburu-buru, sang ustadz segera masuk masjid dan langsung naik mimbar. Beliau mengucapkan salam, adzan pun berkumandang, kebetulan muadzin berada agak jauh dari mimbar. Di sela-sela adzan berkumandang, beliau berpikir pasti khutbahnya tidak optimal karena tidak ada persiapan materi, terpaksa menggunakan catatan kecil. Padahal beliau selama ini anti khutbah sambil membaca teks. "Ya sudahlah, seadanya saja." Ia berkata dalam hati. 

Pada saat khutbah dibacakan, beliau sembari melirik sesekali ke jama'ah. Luar biasa ternyata, baru kali ini beliau melihat jama'ah jumat yang tidak tidur satu orang pun (hehe). Semuanya terpana (terperangah?) melihat performa sang ustadz. Benar-benar tidak disangka, semua mata jama'ah melotot terang ke arah sang ustadz. Ustadz pun makin bersemangat. Yang tadinya hanya monoton membaca teks, kini ia menambah-nambah gaya, seperti mengepalkan tangan, menunjuk, menggeleng-geleng, dsb. Berlanjut sampai ke khutbah kedua sampai diakhiri dengan doa. Sang ustadz pun puas dengan performanya dan respon audiens yang sungguh sangat tidak dia sangka-sangka.

Sholat pun akan segera dimulai, muadzin mengumandangkan iqomah. Ustadz yang sekaligus menjadi imam itu mengangkat takbiratul ihram. "Allaaaaah....."
Belum selesai mengucapkan takbiratul ihram, kedua tangannya yang diangkat itu menyentuh sesuatu yang agak keras di atas kedua telinganya. "Tuk!" begitu bunyinya.
Sang ustadz berhenti, "Eh...apa ini?" Dia pun meraba sesuatu tersebut.
"Masya Allah..Laa hawla wa laa quwwata illa billah!!!" Tiba-tiba sang ustadz berteriak terkejut setelah mengetahui apa yang dia raba, yang ternyata sesuatu tersebut terpasang di kepala beliau. Yang ternyata sesuatu tersebut adalah HELM CAKIL yang terlupa beliau lepas saking buru-burunya tadi.

Pantesan....

FKPM Smanza KAMMI Bpp FORMUSBA IKADZA AL-ROHMAN Kemenkeu RI DJP